Senin, 24 Februari 2014

KADERISASI : Pencerdasan, Alat Pemersatu, atau Perploncoan?

Sebagai mahasiswa tingkat akhir, saya pernah menjalani berbagai tingkatan kaderisasi di kampus saya. Awal mula saya masuk kuliah, saya menjalani kaderisasi tingkat 1. Lalu ketika saya berada di tahun kedua, saya menjalani kaderisasi tingkat 2. Seterusnya pun begitu. Saya pun pernah menjabat sebagai ketua acara kaderisasi.
Sebenarnya apa arti kaderisasi itu sendiri? Apa tujuan kaderisasi? Mengapa harus ada kaderisasi? Mengapa perlakuan yang diberikan kepada peserta kaderisasi harus seperti itu?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, "kaderisasi" berasal dari kata "kader". Kata "kader" yang memiliki makna yaitu,"orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting dalam sebuah organisasi". Dengan demikian , kaderisasi adalah suatu proses dalam membentuk kader-kader baru dalam sebuat organisasi tersebut. Dari definisi di atas, terjawab pula mengapa kaderisasi harus ada. Tujuannya yaitu untuk mempertahankan eksistensi organisasi itu sendiri. Eksistensi ini bukan berarti kepopularitasan, tetapi keberadaan nilai dan cita-cita yang diinginkan untuk terwujud melalui organisasi tersebut sebagai pelaksananya.
Apabila tidak ada kaderisasi, maka tidak akan ada orang yang melanjutkan cita-cita yang ingin dicapai oleh para pendahulu organisasi tersebut. Negara ini tetap ada karena adanya orang-orang yang mempertahankan dan melanjutkan cita-cita besar yang dirintis oleh pendahulu-pendahulu bangsa. Orang-orang yang menginginkan agar rakyat Indonesia beradab, bersatu dan sejahtera dibawah pemerintahan yang adil, mufakat, dan berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam sistem masyarakat tersebut.

Kembali lagi kepada kaderisasi. Isi kaderisasi adalah proses pencetakan orang-orang yang siap melanjutkan suatu cita-cita. Meskipun demikian, banyak opini lain tentang kaderisasi. Di kampus saya yang katanya kental dengan "kaderisasi", banyak pemikiran yang memiliki banyak versi dari berbagai sudut pandang tentang bagaimana seharusnya suatu kaderisasi itu. Dari satu sudut pandang, ada yang berkata bahwa kaderisasi itu adalah pencerdasan, namun bagaimana dengan pesimisme bahwa kaderisasi itu adalah cuci otak. Sungguh ironis, orang yang dikader untuk siap melanjutkan cita-cita yang dititipkan oleh para "pengajarnya" dianggap tercerdaskan (menjadi cerdas; pintar; sadar) namun di sisi lain ada yang menganggap sebagai suatu pembodohan karena dianggap sebagai cuci otak. Memang, benar dan salah itu relatif, tergantung melihat dari sisi mana. Namun, bukan kaderisasi yang harus dipersalahkan, tapi nilai dan cita-cita itu sendiri yang dapat dianggap tidak relevan bagi orang lain. Misalkan teroris yang berusaha melebarkan sayap operasinya. Cita-cita yang dibawa adalah membuat dunia lebih baik dari segi tertentu, tapi untuk orang lain, ide tersebut sangat jauh dari dunia ideal yang mereka bayangkan. Yang satu menganggap dirinya pintar, yang satu menganggap orang pintar tadi adalah bodoh.

Ada yang berkata juga bahwa kaderisasi adalah alat pemersatu. Lalu apabila sudah bersatu, apa? Mengapa harus bersatu? Memangnya sendiri tidak bisa? Manja atau tidak mampu? Memang, bersatu dari sekian banyak elemen, membuat cluster elemen yang baru ini memiliki karakter dan kapasitas yang lebih dibanding elemen tunggal, tapi tetap ada karakteristik tunggal dan karakteristik komunal. Dengan demikian, tunggal atau komunal harus dikembalikan pada kebutuhan masing-masing. 

Ada yang berkata bahwa kaderisasi adalah perploncoan. Hal ini dapat ditinjau dari metode yang digunakan. Mengapa harus memakai metode yang radikal? Apakah dengan metode yang elbih sederhana dan mudah, nilai dan cita-cita yang ingin dicapai dapat tersampaikan pada para kader?

Lalu apa hubungannya dengan peran mahasiswa? 

Orang sering berkata, "buat apa mikirin bangsa, mahasiswa, dll? Masih banyak urusan lain yang lebih penting". Menurut saya ada benarnya juga. Buat apa memikirkan orang-orang egois yang cuma berwacana dan memberikan harapan palsu untuk mencintai sesamanya. Tapi lantas apakah kita harus pergi dan tidak melakukan apapun? Negara ini ada dengan kita dan orang Indonesia lainnya sebagai komponennya. Negara ini bukan perusahaan layanan jasa yang harus memberikan fasilitas dan pelayanan terbaiknya kepada konsumennya dan menerima komplain atas pelayananan yang kurang maksimal. Negara ini adalah adalah perwujudan dari persatuan bangsa ini. Orang yang terus tidak puas tanpa memberikan solusi yang memadai adalah sampah. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban masing-masing. Itulah yang harus diwujudkan dalam kehidupan berbangsa sehingga munculah perwujudan kehidupan berbangsa yang ideal dan akhirnya akan ada negara yang kuat dan maju sebagai implikasi dari bangsa yang ideal tadi.
Berikan apa yang dapat kau berikan, namun mintalah apa yang menjadi hakmu.

Tulisan ini jauh dari sempurna, namun saya hanya ingin menuliskan apa yang ingin saya tulis. CMIIW. Maaf apabila saya masih belum "cerdas".


Tidak ada komentar:

Posting Komentar