Sebagai mahasiswa tingkat akhir, saya pernah menjalani
berbagai tingkatan kaderisasi di kampus saya. Awal mula saya masuk kuliah, saya
menjalani kaderisasi tingkat 1. Lalu ketika saya berada di tahun kedua, saya
menjalani kaderisasi tingkat 2. Seterusnya pun begitu. Saya pun pernah menjabat
sebagai ketua acara kaderisasi.
Sebenarnya apa arti kaderisasi itu
sendiri? Apa tujuan kaderisasi? Mengapa harus ada kaderisasi? Mengapa perlakuan
yang diberikan kepada peserta kaderisasi harus seperti itu?
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
"kaderisasi" berasal dari kata "kader". Kata "kader" yang memiliki makna
yaitu,"orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting dalam sebuah
organisasi". Dengan demikian , kaderisasi adalah suatu proses dalam
membentuk kader-kader baru dalam sebuat organisasi tersebut. Dari definisi di
atas, terjawab pula mengapa kaderisasi harus ada. Tujuannya yaitu untuk
mempertahankan eksistensi organisasi itu sendiri. Eksistensi ini bukan berarti
kepopularitasan, tetapi keberadaan nilai dan cita-cita yang diinginkan untuk
terwujud melalui organisasi tersebut sebagai pelaksananya.
Apabila tidak ada
kaderisasi, maka tidak akan ada orang yang melanjutkan cita-cita yang ingin
dicapai oleh para pendahulu organisasi tersebut. Negara ini tetap ada karena
adanya orang-orang yang mempertahankan dan melanjutkan cita-cita besar yang
dirintis oleh pendahulu-pendahulu bangsa. Orang-orang yang menginginkan agar
rakyat Indonesia beradab, bersatu dan sejahtera dibawah pemerintahan yang adil,
mufakat, dan berdasarkan norma-norma yang berlaku dalam sistem masyarakat
tersebut.
Kembali lagi kepada
kaderisasi. Isi kaderisasi adalah proses pencetakan orang-orang yang siap
melanjutkan suatu cita-cita. Meskipun demikian, banyak opini lain tentang
kaderisasi. Di kampus saya yang katanya kental dengan "kaderisasi",
banyak pemikiran yang memiliki banyak versi dari berbagai sudut pandang tentang
bagaimana seharusnya suatu kaderisasi itu. Dari satu sudut pandang, ada yang
berkata bahwa kaderisasi itu adalah pencerdasan, namun bagaimana dengan
pesimisme bahwa kaderisasi itu adalah cuci otak. Sungguh ironis, orang yang
dikader untuk siap melanjutkan cita-cita yang dititipkan oleh para
"pengajarnya" dianggap tercerdaskan (menjadi cerdas; pintar; sadar)
namun di sisi lain ada yang menganggap sebagai suatu pembodohan karena dianggap
sebagai cuci otak. Memang, benar dan salah itu relatif, tergantung melihat dari
sisi mana. Namun, bukan kaderisasi yang harus dipersalahkan, tapi nilai dan
cita-cita itu sendiri yang dapat dianggap tidak relevan bagi orang lain.
Misalkan teroris yang berusaha melebarkan sayap operasinya. Cita-cita yang
dibawa adalah membuat dunia lebih baik dari segi tertentu, tapi untuk orang lain,
ide tersebut sangat jauh dari dunia ideal yang mereka bayangkan. Yang satu
menganggap dirinya pintar, yang satu menganggap orang pintar tadi adalah bodoh.
Ada yang berkata juga
bahwa kaderisasi adalah alat pemersatu. Lalu apabila sudah bersatu, apa? Mengapa
harus bersatu? Memangnya sendiri tidak bisa? Manja atau tidak mampu? Memang,
bersatu dari sekian banyak elemen, membuat cluster elemen yang baru ini
memiliki karakter dan kapasitas yang lebih dibanding elemen tunggal, tapi tetap
ada karakteristik tunggal dan karakteristik komunal. Dengan demikian, tunggal
atau komunal harus dikembalikan pada kebutuhan masing-masing.
Ada yang berkata
bahwa kaderisasi adalah perploncoan. Hal ini dapat ditinjau dari metode yang
digunakan. Mengapa harus memakai metode yang radikal? Apakah dengan metode yang
elbih sederhana dan mudah, nilai dan cita-cita yang ingin dicapai dapat
tersampaikan pada para kader?
Lalu apa hubungannya
dengan peran mahasiswa?
Orang sering berkata,
"buat apa mikirin bangsa, mahasiswa, dll? Masih banyak urusan lain yang
lebih penting". Menurut saya ada benarnya juga. Buat apa memikirkan
orang-orang egois yang cuma berwacana dan memberikan harapan palsu untuk
mencintai sesamanya. Tapi lantas apakah kita harus pergi dan tidak melakukan
apapun? Negara ini ada dengan kita dan orang Indonesia lainnya sebagai
komponennya. Negara ini bukan perusahaan layanan jasa yang harus memberikan
fasilitas dan pelayanan terbaiknya kepada konsumennya dan menerima komplain
atas pelayananan yang kurang maksimal. Negara ini adalah adalah perwujudan dari
persatuan bangsa ini. Orang yang terus tidak puas tanpa memberikan solusi yang
memadai adalah sampah. Setiap orang memiliki hak dan kewajiban masing-masing.
Itulah yang harus diwujudkan dalam kehidupan berbangsa sehingga munculah
perwujudan kehidupan berbangsa yang ideal dan akhirnya akan ada negara yang
kuat dan maju sebagai implikasi dari bangsa yang ideal tadi.
Berikan apa yang
dapat kau berikan, namun mintalah apa yang menjadi hakmu.
Tulisan ini jauh dari
sempurna, namun saya hanya ingin menuliskan apa yang ingin saya tulis. CMIIW.
Maaf apabila saya masih belum "cerdas".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar